Senin, 19 November 2012

Bagaimana Media Massa Merusak Bahasa Indonesia



Ketidakseragaman Istilah Di Media Massa Merusak Bahasa Indonesia


Dalam fungsinya sebagai media pendidikan, media massa berkewajiban memasyarakatkan bahasa Indonesia. Media harus menjadi teladan dan pelopor dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, dalam praktiknya, banyak yang mengingkari. Tidak semua media cetak punya acuan dalam pembakuan kosa kata dan istilah. Ketidakseragaman istilah dapat merusak bahasa Indonesia.

Demikian benang merah diskusi kelompok tentang Bahasa Media Massa dalam Kongres IX Bahasa Indonesia, Kamis (30/10) di Jakarta. Topik ini menjadi pembahasan paling diminati peserta, dibanding pembahasan topik lainnya. Tampil sebagai narasumber Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia Hendry CH Bangun, Sastrawan dan Redaktur Harian Republika Ahmadun Yosi Herfanda, dan pakar IT dari Universitas Gadjah Mada Roy Suryo.

Hendry mengatakan, di dalam organisasi media massa tidak selalu ada fungsi atau peran penyelaras bahasa. Apalagi setelah eforia reformasi, kedudukan penyelaras bahasa tidak lagi menjadi semacam kewajiban. Akibatnya, bahasa media massa dewasa ini dapat dikategorikan sebagai memprihatinkan.

Mencermati data Biro Pusat Statistik (2005), penduduk usia 15-24 tahun sebanyak 40,224 juta, membuat pengelola media massa menjadikan remaja/pemuda sebagai target pembaca dan konsumen iklan. Untuk memikat mereka, bahasa yang digunakan disesuaikan dengan dunia mereka. C enderung menjauh dari bahasa Indonesia baku. Misalnya istilah, ungkapan, kata yang digunakan pasti yang sedang ngetren , katanya. Jadi, ada kesengajaan untuk menggunakan bahasa yang tidak baku agar sesuai dengan target pembaca muda.
 


Media masa seharusnya menjadi media pendidik, termasuk mendidik penikmat media tersebut dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika pada jaman dahulu TVRI sering sekali melakukan pendidikan-pendidikan pada penontonnya, namun sekarang stasiun TV-TV yang lain tidak melakukan sedemikian rupa.
Kata-kata dan kalimat-kalimat yang tidak benar banyak sekali terucap pada media massa TV. Seperti kalimat dari sebuah iklan kartu yang menggunakan “ciyus dan Miapah”. Dan banyak sekali bahasa-bahasa yang tidak baik dan tidak benar yang digunakan oleh para aktor-aktor yang bermain di sinetron-sinetron.
Semua yang muncul di televisi pasti akan dimakan oleh para penonton. beberapa ada yang memakannya dengan mengolahnya terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan efek negatif. Akantetapi, sebagian besar dari penonton memakan informasi yang ia dapat mentah-mentah tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga membuat efek buruk. Contohnya : ketika kita melihat sinetron tertentu. Kita melihat bagamana seorang protagonist marah terhadap antagonis dan menstimulsi diri kita untuk meniru gaya-gaya bahasa dan logat mereka dalam bahasa
TV memang media yang harus bertanggung jawab dalam penyebaran bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi media massa yang lain juga haruis ikut membantu televisi dalam menyebarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Media-media tersebut adalah media tulis dan media pendengaran atau yang biasa kita sebut dengan radio
Media tulis memiliki penggunaan tatanan bahasa yang baik dan benar, hal ini jelas tidak seragam dengan bahasa televisi yang terkesan bebas. Kebingungan pun akan tercipta dikalangan masyarakat awam yang tidak mengetahui bahasa mana yang baik dan bahasa mana yang benar. Apapun akan mereka pakai asalkan orang yang diajak bicara mengerti. Prinsip inilah yang sering mereka tanam dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sehingga tanpa mereka sadari mereka telah merusak bahasa Indonesia mereka sendiri.
Radio juga salah satu media yang harus bertanggung jawab untuk menyebarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Para penyiar pada jaman sekarang sering sekali menggunakan bahasa-bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah yang ada. Mereka cenderung menggunakan bahasa yang dapat menarik masyarat sehingga mereka hanya menggunakan bahasa yang baik saja, akan tetapi tidak menggunakan bahasa yang benar
Media massa harusnya memiliki keseragaman bahasa sehingga masyarakat awan bisa memahami penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Jika tidak ada teladan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, lalu siapa yang akan mendidik bahasa Indonesia kepada para anak-anak yang tidak mengetahui apapun tentang bahasa

kurangnya teladan bagi anak kecil tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar

kurangnya teladan bagi anak kecil tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar

Anak kecil merupakan biji yang akan berkembang dan tumbuh menjadi masa depan bangsa Indonesia. mereka membutuhkan pendidikan yang cukup agar dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Tidak hanya dari segi makanan, namun juga harus diberi cukup ilmu. Ilmu yang mereka dapat harus berisikan teladan yang mana bisa mereka tiru, karena pada dasarnya prinsip belajar anak adalah imitation. Jika hal ini disangkutkan kepada bahasa Indonesia kita. Maka kita akan menemukan sebuah masalah yaitu sulitnya ditemukan orang yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara sempurna

Secara keseluruhan para orang dewasa bisa menggunakan bahasa yang baik, akan tetapi tidak semua dari mereka dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Sebab pada saat mereka kecil, bahasa yang mereka tiru dan gunakan merupakan bahasa Indonesia yang kurang benar. 

Banyak sekali penggunaan-penggunaan bahasa Indonesia yang tidak benar dikalangan masyarakat. Bahkan sampai dipublikasikan secara umum namun kurangnya orang yang memahami tentang halini membuat bahasa tersebut terkesan benar dan baik-baik saja jika digunakan. Contohnya , acara halalbihalal yang diselenggarakan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di sekitar tempat tinggal saya di Karawang. Ketika itu, pembawa acaranya mengucapkan kalimat, Acara selanjutnya adalah penyampaian nasihat keagamaan oleh Bapak Ustaz Suherman. Waktu dan tempat kami persilakan. Kalimat ini dari sudut penataan penalaran salah. Tapi, anehnya, kalimat ini diucapkan pembawa acara hampir dalam setiap acara protokoler baik di kota maupun di desa..
Sastrawan dan Redaktur Harian Republika Ahmadun Yosi Herfanda kesalahan-kesalahan yang terjadi di masyarakat jumlahnya jutaan. Seperti kata salat dipakai 270.000 kali, shalat (1.380.000), sholat (1.139.000). Ustaz (2.470.000), ustad (3.110.000), dan kata ustadz (681.000). Wudu (9.340), wudlu (59.300), wudhu (151.000). Kata gender (924.000) dan jender (76.000). Obyek (1.840.000), objek (1.890.000), obyektif (290.000), objektif (432.000). Iven (290.000), even (6.650.000) dan kata event digunakan 6.650.000 kali.
Hal ini benar-benar membuat para anak kecil dengan mudah terperosot pada penggunaan bahasa Indonesia yang tidak benar meskipun baik.

Sabtu, 17 November 2012

kurangnya kesadaran remaja dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar



3.1. kurangnya kesadaran remaja dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ilmuan, para remaja Indonesia banyak yang menggunakan bahasa gaul dan tidak menempatkannya pada tempatnya. Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan  sebagai preman.Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak pada tempatnya ini dapat disebut dengan bahasa yang tidak baik.



Kepala Balai Bahasa Kalimantan Tengah (Kalteng) Drs Sumadi MHum mengatakan, penggunaan Bahasa Indonesia di kalangan remaja sudah dalam tahapan mencemaskan karena tidak digunakan secara baik dan benar.

                "Berdasarkan kenyataan, penggunaan Bahasa Indonesia di kalangan remaja sudah dalam tahapan mencemaskan. Salah satu penyebabnya adalah mereka sudah tidak lagi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar," katanya di Palangka Raya, Kamis.

                Menurutnya, Bahasa Indonesia yang digunakan kalangan remaja atau generasi muda itu lebih banyak mencampuradukan dengan bahasa asing. Bahkan, pada penggunaannya sudah tidak melihat tempatnya lagi.

"Salah satu cara yang dilakukan untuk selalu memperbaiki penggunaan bahasa pers yakni dengan membentuk forum bahasa media massa yang ada di 30 provinsi," katanya.
 


Di era seperti ini banyak sekali para remaja yang menggunakan bahasa-bahasa yang tidak baik dan tidak benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan pada tempatnyan namun banyak sekali remaja-remaja yang tidak bisa menggunakan bahasa sopan ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua Terlebih kepada guru mereka. Sedangkan bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan EYD, sangat ironis sekali ketika melihat gaya bicara dan gaya menulis para remaja kita kini. Mereka seakan menulis tanpa aturan yang mana tidak mengetahui cara menulis dengan baik dan benar. Hal serupa pun terjadi di masalah percakapan. Kata-kata seperti “enggak”, “beneran” menjadi bahasa yang sangat benar bagi mereka. 

Remaja adalah calon penerus bangsa, jika remaja terdidik dengan bahasa yang tidak baik dan tidak benar ini diteruskan, maka bisa-bisa bahasa Indonesia sendiri akan kehilangan ciri khasnya. Ambil saja contoh bahasa Alay yang sekarang sedang berkembang di masyarakat khususnya kalangan remaja. Para remaja lebih suka menggunakan kata “ CiYYuzzz” ,” MiApach”, “Amacama.” Entah kenapa kata-kata tersebut sangat suka digunakan oleh mereka. Kelompok mereka membuat tata cara bahasa mereka sendiri yang mana tidak mereka sadari bahwa itu dapat mengurangi kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa yang baku

Sebagian besar mahasiswa yang menjalani skripsi mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Diduga penyebabnya adalah kebiasaan mereka menggunakan bahasa yang tidak benar dalam kehidupan sehari-hari mereka. 

Salah satu fenomena yang aneh juga terjadi ketika beberapa remaja berkumpul dengan teman-teman akrab mereka. Para remaja itu menggunakan bahasa baku yang mana seharusnya menggunakan bahasa pergaulan. Alhasil, para remaja tersebut terkesan terasingkan dari para remaja yang lain, yang mana menggunakan bahasa pada tempatnya atau yang kita sebut dengan bahasa yang baik.

Beberapa penilitian dilakukan untuk menemukan sumber-sumber dari pelunturan bahasa Indonesia dikalangan remaja ini. Selain peranan dari pergaulan bersama teman-teman, ada juga penyebab yang mana membuat para remaja ini meniru kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Penyebab yang paling bertanggung jawab dalam adalah Media Massa.

disadari atau tidak bahasa Indonesia memang sedang dalam nasib yang buruk karena penambahan kosa kata tersebut malah membuat budaya buruk bagi remaja yang terlalu sering menggunakannya.