Makalah Efesiensi Bahasa Indonesia
kurangnya efesiensi dalam penggunaan bahasa indnonesia yang baik dan
benar
KATA PENGANTAR
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan tugas membuat makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Seorang
revolusioner akbar, atas jasanya yang agung kepada umat manusia dalam
membimbing manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang
yakni Dinul Islam.
Makalah yang berjudul “Kurangnya Efesiensi Dalam Penggunaan Bahasa yang Baik
dan Benar” ini kami susun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Semoga dengan
adanya makalah ini, dapat memberikan informasi tentang pengaruh bahasa gaul
terhadap Bahasa Indonesia sehingga kita sebagai remaja bisa memilah penggunaan
bahasa yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang tepat.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menerima bantuan dari orang lain baik
langsung maupun tidak langsung oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Dosen kami
2.
Seluruh keluarga dan teman-teman yang membantu dengan ketulusan dan lapang
dada.
Akhirnya tiada
gading yang tak retak. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami menantikan saran dan kritik yang membangun
untuk pembuatan makalah selanjutnya. Semoga laporan ini berguna bagi penulis
sendiri maupun pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Hal
Kata
Pengantar
.................................................................................................................i
Daftar
Isi............................................................................................................................ii
BAB
I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang....................................................................................
1.2 Tujuan
Penelitian................................................................................
1.3 Rumusan
Masalah...............................................................................
1.3.1 kurangnya
kesadaran remaja dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar
1.3.2 Ketidakseragaman Istilah Di Media Massa
Merusak Bahasa Indonesia
1.3.3
kurangnya teladan bagi anak kecil tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
BAB
II : Landasan Teori
2.1 kurangnya kesadaran remaja dalam
menggunakan bahasa yang baik dan benar
2.2 Ketidakseragaman
Istilah Di Media Massa Merusak Bahasa Indonesia
2.3 kurangnya teladan bagi anak kecil
tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
BABIII : Pembahasan Masalah
3.1 kurangnya kesadaran remaja dalam
menggunakan bahasa yang baik dan benar
3.2 Ketidakseragaman
Istilah Di Media Massa Merusak Bahasa Indonesia
3.3 kurangnya teladan bagi anak kecil
tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
BAB IV
: PENUTUP
4.1
Kesimpulan..........................................................................................
4.1.1 kurangnya kesadaran remaja dalam
menggunakan bahasa yang baik dan benar
4.1.2 Ketidakseragaman
Istilah Di Media Massa Merusak Bahasa Indonesia
4.1.3 kurangnya teladan bagi anak
kecil tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
4.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak terlepas dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa
seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan keinginan dalam menyampaikan
pendapat dan informasi. Bahasa sebagai alat untuk interaksi antarmanusia dalam
masyarakat memiliki sifat sosial yaitu pemakaian bahasa digunakan oleh setiap
lapisan masyarakat. Bahasa bukan individual yang hanya dapat dipakai dan
dipahami oleh penutur saja akan tetapi, pemakaian bahasa akan lebih tepat bila
antara penutur dan mitra tutur saling memahami makna tutur.
Sebagai
masyarakat Indonesia tentunya kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai
penyampai informasi. Namun, pemakaian bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari mulai bergeser digantikan oleh pemakaian bahasa anak remaja yang
dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan
bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak
baik dan tidak benar.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh
sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli
terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa
persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Kebaikan
dan kebenaran dalam berbahasa Indonesia pun menjadi samar-samar dikalangan
masyarakat. Kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa Indonesia seenaknya
sendiri asalkan orang yang mereka ajak bicara paham dan mengerti apa yang mereka
maksud.
Lunturnya
nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang ada pada bahasa Indonesia membuat kami
berniat untuk membuat makalah yang mana dapat berguna untuk meningkatkan
kesadaran akan benar dan baiknya bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Target
yang kita rencanakan adalah bahasa Indonesia itu sendiri jadi batasan dalam
pembahasan makalah ini adalah bahasa Indonesia. Kami tidak akan membahas topik
lain yang tidak ada hubungannya dengan bahasa Indonesia yang digunakan secara
baik dan benar
1.3 Tujuan Penulisan Masalah
1 . memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang digunaan oleh rakyat Indonesia dalam menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar
2 . Memunculkan kesadaran pada
masyarakat akan menurunnya kebanggaan pengguna bahasa Indonesia yang baik dan
benar
3 . masyarakat Indonesia menjadi
bangga dan menemukan solusi cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar
1.4 rumusan masalah
1.4.1 kurangnya kesadaran remaja dalam
menggunakan bahasa yang baik dan benar
1.4.2 Ketidakseragaman
Istilah Di Media Massa Merusak Bahasa Indonesia
1.4.3 kurangnya teladan bagi anak
kecil tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
BAB II : LANDASAN TEORI
2.1 kurangnya kesadaran remaja dalam
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Menurut
Howard Gardner Kecerdasan Verbal adalah kecerdasaan berbicara yang memudahkan /
melancarkan komunikasi dan mengungkapkan apa yang ada dalm pikran lewat
pembicaraan atau karya tulis
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh beberapa ilmuan, para remaja Indonesia banyak
yang menggunakan bahasa gaul dan tidak menempatkannya pada tempatnya. Bahasa gaul
merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk
pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu
bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan
disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.Penggunaan bahasa Indonesia
yang tidak pada tempatnya ini dapat disebut dengan bahasa yang tidak baik.
Kepala
Balai Bahasa Kalimantan Tengah (Kalteng) Drs Sumadi MHum mengatakan, penggunaan
Bahasa Indonesia di kalangan remaja sudah dalam tahapan mencemaskan karena
tidak digunakan secara baik dan benar.
"Berdasarkan kenyataan, penggunaan Bahasa Indonesia di kalangan remaja sudah dalam tahapan mencemaskan. Salah satu penyebabnya adalah mereka sudah tidak lagi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar," katanya di Palangka Raya, Kamis.
Menurutnya, Bahasa Indonesia yang digunakan kalangan remaja atau generasi muda itu lebih banyak mencampuradukan dengan bahasa asing. Bahkan, pada penggunaannya sudah tidak melihat tempatnya lagi.
"Salah
satu cara yang dilakukan untuk selalu memperbaiki penggunaan bahasa pers yakni
dengan membentuk forum bahasa media massa yang ada di 30 provinsi,"
katanya.
2.2 Ketidakseragaman
Istilah Di Media Massa Merusak Bahasa Indonesia
Dalam fungsinya sebagai media pendidikan,
media
massa berkewajiban memasyarakatkan bahasa
Indonesia. Media harus menjadi teladan dan pelopor dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun,
dalam praktiknya, banyak yang mengingkari. Tidak semua media cetak punya acuan
dalam pembakuan kosa kata dan istilah. Ketidakseragaman istilah
dapat merusak
bahasa
Indonesia.
Demikian benang merah diskusi kelompok tentang Bahasa Media Massa dalam Kongres IX Bahasa Indonesia, Kamis (30/10) di Jakarta. Topik ini menjadi pembahasan paling diminati peserta, dibanding pembahasan topik lainnya. Tampil sebagai narasumber Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia Hendry CH Bangun, Sastrawan dan Redaktur Harian Republika Ahmadun Yosi Herfanda, dan pakar IT dari Universitas Gadjah Mada Roy Suryo.
Hendry mengatakan, di dalam organisasi media massa tidak selalu ada fungsi atau peran penyelaras bahasa. Apalagi setelah eforia reformasi, kedudukan penyelaras bahasa tidak lagi menjadi semacam kewajiban. Akibatnya, bahasa media massa dewasa ini dapat dikategorikan sebagai memprihatinkan.
Mencermati data Biro Pusat Statistik (2005), penduduk usia 15-24 tahun sebanyak 40,224 juta, membuat pengelola media massa menjadikan remaja/pemuda sebagai target pembaca dan konsumen iklan. Untuk memikat mereka, bahasa yang digunakan disesuaikan dengan dunia mereka. C enderung menjauh dari bahasa Indonesia baku. Misalnya istilah, ungkapan, kata yang digunakan pasti yang sedang ngetren , katanya. Jadi, ada kesengajaan untuk menggunakan bahasa yang tidak baku agar sesuai dengan target pembaca muda.
Demikian benang merah diskusi kelompok tentang Bahasa Media Massa dalam Kongres IX Bahasa Indonesia, Kamis (30/10) di Jakarta. Topik ini menjadi pembahasan paling diminati peserta, dibanding pembahasan topik lainnya. Tampil sebagai narasumber Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia Hendry CH Bangun, Sastrawan dan Redaktur Harian Republika Ahmadun Yosi Herfanda, dan pakar IT dari Universitas Gadjah Mada Roy Suryo.
Hendry mengatakan, di dalam organisasi media massa tidak selalu ada fungsi atau peran penyelaras bahasa. Apalagi setelah eforia reformasi, kedudukan penyelaras bahasa tidak lagi menjadi semacam kewajiban. Akibatnya, bahasa media massa dewasa ini dapat dikategorikan sebagai memprihatinkan.
Mencermati data Biro Pusat Statistik (2005), penduduk usia 15-24 tahun sebanyak 40,224 juta, membuat pengelola media massa menjadikan remaja/pemuda sebagai target pembaca dan konsumen iklan. Untuk memikat mereka, bahasa yang digunakan disesuaikan dengan dunia mereka. C enderung menjauh dari bahasa Indonesia baku. Misalnya istilah, ungkapan, kata yang digunakan pasti yang sedang ngetren , katanya. Jadi, ada kesengajaan untuk menggunakan bahasa yang tidak baku agar sesuai dengan target pembaca muda.
2.3 kurangnya teladan bagi anak kecil
tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
Salah seorang karyawan media, Lukman
Rimadi (25), mengatakan, metamorfosa bahasa kini kerap diciptakan anak-anak
remaja yang ingin mendapatkan sesuatu yang beda dalam kelompoknya.
Kompas(30/12) sebagian besar pengguna
bahasa Indonesia meremehkan bahasa Indonesia. Buktinya, bahasa yang sudah
dideklarasikan sebagai bahasa persatuan 84 tahun lalu itu, hingga kini belum
digunakan secara baik dan benar oleh seluruh bangsa Indonesia. Masih saja
terjadi kesalahan yang terus diulang-ulang hingga menjadi salah kaprah.
Contohnya , acara halalbihalal yang diselenggarakan Dewan Kemakmuran Masjid
(DKM) di sekitar tempat tinggal saya di Karawang. Ketika itu, pembawa acaranya
mengucapkan kalimat, Acara selanjutnya adalah penyampaian nasihat keagamaan oleh Bapak
Ustaz Suherman. Waktu dan tempat kami persilakan. Kalimat ini dari
sudut penataan penalaran salah. Tapi, anehnya, kalimat ini diucapkan pembawa
acara hampir dalam setiap acara protokoler baik di kota maupun di desa..
Menurut E. Zaenal Arifin, bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku.
Mengutip pendapat Prof. Dr. Slamet
Mulyana, Ras Siregar dalam bukunya Bahasa Indonesia Jurnalistik menjelaskan, ada empat
faktor penyebab bahasa Melayu dijadikan bahasa Indonesia, bukan bahasa Batak,
Sunda atau Ambon. Pertama, bahasa Melayu sudah menjadi lingua-franca
atau bahasa perhubungan dan perdagangan di Indonesia. Kedua,
bahasa Melayu itu sederhana baik dalam fonologi (ilmu tentang bunyi bahasa),
morfologi (ilmu tentang bentuk bahasa), maupun sintaksis (ilmu tentang tata
kalimat), sehingga mudah dipelajari. Selain itu, bahasa Melayu tidak mengenal halus
kasar, seperti bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Ketiga,
secara psikologis, suku Sunda dan suku Jawa yang mayoritas sudah ikhlas
menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Keempat,
bahasa Melayu sanggup dipakai sebagai bahasa kebudayaan secara luas.
BAB III PEMBAHASAN
3.1. kurangnya kesadaran remaja dalam menggunakan bahasa yang baik dan
benar
Di
era seperti ini banyak sekali para remaja yang menggunakan bahasa-bahasa yang
tidak baik dan tidak benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan pada
tempatnyan namun banyak sekali remaja-remaja yang tidak bisa menggunakan bahasa
sopan ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua Terlebih kepada guru
mereka. Sedangkan bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan EYD,
sangat ironis sekali ketika melihat gaya bicara dan gaya menulis para remaja
kita kini. Mereka seakan menulis tanpa aturan yang mana tidak mengetahui cara
menulis dengan baik dan benar. Hal serupa pun terjadi di masalah percakapan.
Kata-kata seperti “enggak”, “beneran” menjadi bahasa yang sangat benar bagi
mereka.
Remaja
adalah calon penerus bangsa, jika remaja terdidik dengan bahasa yang tidak baik
dan tidak benar ini diteruskan, maka bisa-bisa bahasa Indonesia sendiri akan
kehilangan ciri khasnya. Ambil saja contoh bahasa Alay yang sekarang sedang
berkembang di masyarakat khususnya kalangan remaja. Para remaja lebih suka
menggunakan kata “ CiYYuzzz” ,” MiApach”, “Amacama.” Entah kenapa kata-kata
tersebut sangat suka digunakan oleh mereka. Kelompok mereka membuat tata cara
bahasa mereka sendiri yang mana tidak mereka sadari bahwa itu dapat mengurangi
kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa yang baku
Sebagian
besar mahasiswa yang menjalani skripsi mengalami kesulitan dalam menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Diduga penyebabnya adalah kebiasaan
mereka menggunakan bahasa yang tidak benar dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Salah
satu fenomena yang aneh juga terjadi ketika beberapa remaja berkumpul dengan
teman-teman akrab mereka. Para remaja itu menggunakan bahasa baku yang mana
seharusnya menggunakan bahasa pergaulan. Alhasil, para remaja tersebut terkesan
terasingkan dari para remaja yang lain, yang mana menggunakan bahasa pada
tempatnya atau yang kita sebut dengan bahasa yang baik.
Beberapa
penilitian dilakukan untuk menemukan sumber-sumber dari pelunturan bahasa
Indonesia dikalangan remaja ini. Selain peranan dari pergaulan bersama
teman-teman, ada juga penyebab yang mana membuat para remaja ini meniru
kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Penyebab yang paling bertanggung
jawab dalam adalah Media Massa.
disadari
atau tidak bahasa Indonesia memang sedang dalam nasib yang buruk karena
penambahan kosa kata tersebut malah membuat budaya buruk bagi remaja yang
terlalu sering menggunakannya.
3.2 Ketidakseragaman
Istilah Di Media Massa Merusak Bahasa Indonesia
Media masa seharusnya menjadi media pendidik,
termasuk mendidik penikmat media tersebut dengan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Jika pada jaman dahulu TVRI sering sekali melakukan
pendidikan-pendidikan pada penontonnya, namun sekarang stasiun TV-TV yang lain
tidak melakukan sedemikian rupa.
Kata-kata dan kalimat-kalimat yang tidak benar
banyak sekali terucap pada media massa TV. Seperti kalimat dari sebuah iklan
kartu yang menggunakan “ciyus dan Miapah”. Dan banyak sekali bahasa-bahasa yang
tidak baik dan tidak benar yang digunakan oleh para aktor-aktor yang bermain di
sinetron-sinetron.
Semua yang muncul di televisi pasti akan
dimakan oleh para penonton. beberapa ada yang memakannya dengan mengolahnya
terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan efek negatif. Akantetapi, sebagian
besar dari penonton memakan informasi yang ia dapat mentah-mentah tanpa diolah
terlebih dahulu, sehingga membuat efek buruk. Contohnya : ketika kita melihat
sinetron tertentu. Kita melihat bagamana seorang protagonist marah terhadap
antagonis dan menstimulsi diri kita untuk meniru gaya-gaya bahasa dan logat
mereka dalam bahasa
TV memang media yang harus bertanggung jawab
dalam penyebaran bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi media massa
yang lain juga haruis ikut membantu televisi dalam menyebarkan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Media-media tersebut adalah media tulis dan media
pendengaran atau yang biasa kita sebut dengan radio
Media tulis memiliki penggunaan tatanan bahasa
yang baik dan benar, hal ini jelas tidak seragam dengan bahasa televisi yang
terkesan bebas. Kebingungan pun akan tercipta dikalangan masyarakat awam yang
tidak mengetahui bahasa mana yang baik dan bahasa mana yang benar. Apapun akan
mereka pakai asalkan orang yang diajak bicara mengerti. Prinsip inilah yang
sering mereka tanam dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sehingga tanpa mereka
sadari mereka telah merusak bahasa Indonesia mereka sendiri.
Radio juga salah satu media yang harus
bertanggung jawab untuk menyebarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Para
penyiar pada jaman sekarang sering sekali menggunakan bahasa-bahasa yang tidak
sesuai dengan kaidah yang ada. Mereka cenderung menggunakan bahasa yang dapat menarik
masyarat sehingga mereka hanya menggunakan bahasa yang baik saja, akan tetapi
tidak menggunakan bahasa yang benar
Media
massa harusnya memiliki keseragaman bahasa sehingga masyarakat awan bisa
memahami penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Jika tidak ada
teladan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, lalu siapa yang
akan mendidik bahasa Indonesia kepada para anak-anak yang tidak mengetahui
apapun tentang bahasa
3.3 kurangnya teladan bagi anak kecil
tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
Anak kecil merupakan biji yang akan
berkembang dan tumbuh menjadi masa depan bangsa Indonesia. mereka membutuhkan
pendidikan yang cukup agar dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Tidak hanya
dari segi makanan, namun juga harus diberi cukup ilmu. Ilmu yang mereka dapat
harus berisikan teladan yang mana bisa mereka tiru, karena pada dasarnya
prinsip belajar anak adalah imitation. Jika hal ini disangkutkan kepada bahasa
Indonesia kita. Maka kita akan menemukan sebuah masalah yaitu sulitnya
ditemukan orang yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara
sempurna
Secara keseluruhan para orang dewasa
bisa menggunakan bahasa yang baik, akan tetapi tidak semua dari mereka dapat
menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Sebab pada saat mereka kecil, bahasa
yang mereka tiru dan gunakan merupakan bahasa Indonesia yang kurang benar.
Banyak sekali penggunaan-penggunaan
bahasa Indonesia yang tidak benar dikalangan masyarakat. Bahkan sampai
dipublikasikan secara umum namun kurangnya orang yang memahami tentang halini
membuat bahasa tersebut terkesan benar dan baik-baik saja jika digunakan.
Contohnya , acara halalbihalal yang
diselenggarakan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di sekitar tempat tinggal saya di
Karawang. Ketika itu, pembawa acaranya mengucapkan kalimat, Acara
selanjutnya adalah penyampaian nasihat keagamaan oleh Bapak Ustaz Suherman.
Waktu dan tempat kami persilakan. Kalimat ini dari sudut penataan
penalaran salah. Tapi, anehnya, kalimat ini diucapkan pembawa acara hampir dalam
setiap acara protokoler baik di kota maupun di desa..
Sastrawan dan Redaktur Harian
Republika Ahmadun Yosi Herfanda kesalahan-kesalahan yang terjadi di masyarakat
jumlahnya jutaan. Seperti kata salat dipakai 270.000 kali, shalat (1.380.000),
sholat (1.139.000). Ustaz (2.470.000), ustad (3.110.000), dan kata ustadz
(681.000). Wudu (9.340), wudlu (59.300), wudhu (151.000). Kata gender (924.000)
dan jender (76.000). Obyek (1.840.000), objek (1.890.000), obyektif (290.000),
objektif (432.000). Iven (290.000), even (6.650.000) dan kata event digunakan
6.650.000 kali.
Hal ini benar-benar membuat para anak
kecil dengan mudah terperosot pada penggunaan bahasa Indonesia yang tidak benar
meskipun baik.
BAB IV : Penutup
4.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia sedang dalam masa
yang sangat mengkhawatirkan, banyak sekali aspek yang harus diperbaiki dan
harus segera dibenahi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa miliki Negara
Indonesia yang harus diperhatikan dan didukung oleh berbagai pihak demi
mewujudkan bahasa Indonesia yang baik dan benar
4.1.1 kurangnya kesadaran remaja dalam
menggunakan bahasa yang baik dan benar perlu mendapat perhatian dari berbagai
pihak.
4.1.2 Ketidakseragaman
Istilah Di Media Massa Merusak Bahasa Indonesia harus dibenahi agar tidak
menimbulkan masalah yang akan lebih dalam
4.1.3 kurangnya teladan bagi anak
kecil tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar harus segera diatasi karena
mereka merupakan bibit dari bangsa indonesia
4.2 Saran
Bahasa Indonesia harus dikembangkan
oleh seluruh masyarakat Indonesia agar dapat tercipta bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
Daftar Pustaka
Supardi. 2009. IDE-IDE KREATIF
Mendidik Anak bagi Orang tua Sibuk. Jogjakarta: Kata Hati.
http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/10/polemik-bahasa-alay-cius-miapah-di.html
http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/23/bahasa-indonesiaku-yang-diremehkan-495329.html
http://freezcha.wordpress.com/2009/12/24/pengaruh-bahasa-inggris-terhadap-kosa-kata-bahasa-indonesia/
http://freezcha.wordpress.com/2009/12/24/pengaruh-bahasa-inggris-terhadap-kosa-kata-bahasa-indonesia/
Dokter Sayoga,M.Sc, “Pengaruh Bahasa
Inggris pada Pembentukan Kosa-Kata Baru Berbahasa Indonesia,2001,
CV.Angkasa:Bandung.
pengaruh-bahasa-inggris-di-dalam-budaya
(http://wiwan-manusiabiasa.blogspot.com/2009/10/pengaruh-bahasa-inggris-di-dalam-budaya.html)
Hubungan bahasa2 di malang pengaruh bhs ingris
terhadap bahasa Indonesia pemuda(http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/nickheaney.pdf)
http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/23/bahasa-indonesiaku-yang-diremehkan-495329.html
http://www.phinisinews.com/read/2011/10/6/6176-bahasa_indonesia_di_kalangan_remaja_mulai_mencemaskan
http://dunia-mahadhaya.blogspot.com/2012/02/pudarnya-bahasa-indonesia-di-kalangan.html
Komentar
Posting Komentar