kurangnya teladan bagi anak kecil tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
kurangnya teladan bagi anak kecil
tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar
Anak kecil merupakan biji yang akan
berkembang dan tumbuh menjadi masa depan bangsa Indonesia. mereka membutuhkan
pendidikan yang cukup agar dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Tidak hanya
dari segi makanan, namun juga harus diberi cukup ilmu. Ilmu yang mereka dapat
harus berisikan teladan yang mana bisa mereka tiru, karena pada dasarnya
prinsip belajar anak adalah imitation. Jika hal ini disangkutkan kepada bahasa
Indonesia kita. Maka kita akan menemukan sebuah masalah yaitu sulitnya
ditemukan orang yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara
sempurna
Secara keseluruhan para orang dewasa
bisa menggunakan bahasa yang baik, akan tetapi tidak semua dari mereka dapat
menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Sebab pada saat mereka kecil, bahasa
yang mereka tiru dan gunakan merupakan bahasa Indonesia yang kurang benar.
Banyak sekali penggunaan-penggunaan
bahasa Indonesia yang tidak benar dikalangan masyarakat. Bahkan sampai
dipublikasikan secara umum namun kurangnya orang yang memahami tentang halini
membuat bahasa tersebut terkesan benar dan baik-baik saja jika digunakan. Contohnya , acara halalbihalal yang
diselenggarakan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di sekitar tempat tinggal saya di
Karawang. Ketika itu, pembawa acaranya mengucapkan kalimat, Acara
selanjutnya adalah penyampaian nasihat keagamaan oleh Bapak Ustaz Suherman.
Waktu dan tempat kami persilakan. Kalimat ini dari sudut penataan
penalaran salah. Tapi, anehnya, kalimat ini diucapkan pembawa acara hampir dalam
setiap acara protokoler baik di kota maupun di desa..
Sastrawan dan Redaktur Harian
Republika Ahmadun Yosi Herfanda kesalahan-kesalahan yang terjadi di masyarakat
jumlahnya jutaan. Seperti kata salat dipakai 270.000 kali, shalat (1.380.000),
sholat (1.139.000). Ustaz (2.470.000), ustad (3.110.000), dan kata ustadz
(681.000). Wudu (9.340), wudlu (59.300), wudhu (151.000). Kata gender (924.000)
dan jender (76.000). Obyek (1.840.000), objek (1.890.000), obyektif (290.000),
objektif (432.000). Iven (290.000), even (6.650.000) dan kata event digunakan
6.650.000 kali.
Hal ini benar-benar membuat para anak
kecil dengan mudah terperosot pada penggunaan bahasa Indonesia yang tidak benar
meskipun baik.
Komentar
Posting Komentar